Selasa, 26 Februari 2008

Cinta sebelum pernikahan, cinta yang belum dihalalkan

Blog bulan januari, aku pernah menulis… ada seseorang yang membuat hatiku mencinta. Kala itu, aku menyebutnya... dialah cinta pertama sekaligus (aku berharap) cinta terakhirku, aku akan berusaha mempertahankan rasa cinta itu sampai kenyataan menjawab segalanya. Aku berpikir, inilah cinta, cinta dan cinta. Hatiku kian bergolak saat aku melabuhkan perasaanku untuk mencintainya. Namun demikian, aku, insya Allah masih senantiasa menempatkan Allah di posisi cinta yang paling hakiki. Karena Dia-lah, aku harus berperang melawan nafsu ini untuk tidak mendekatinya. Aku harus menjauhinya.

Perasaan itu lama membelenggu hatiku...

Aku tersiksa.

Haruskah aku bertahan dengan perasaan seperti ini?

Alhamdulillah, bulat niatku untuk menghilangkan perasaan itu... aku akhirnya bisa membuangkan segala jarum-jarum runcing yang menusuk hatiku itu...

Aku bisa melupakannya, dari pikiranku...

Sejak saat itu hingga kini, perasaan cinta seperti itu tak pernah kumiliki lagi. Aku bulat, kalaupun aku mencintai, perasaan cinta seperti itu akan aku berikan kepada suamiku nanti. Entah siapa dia...

Akan tetapi...

Belakangan aku takut. Siapa gerangan yang menjadi suamiku nanti? Sementara (mungkin) aku terlalu menutup diriku. Aku tidak beralasan, aku berbuat demikian. Aku tahu agama. Aku ingin selamat. Selain memang... (ini yang menjadi persoalan) betapa sulitnya hatiku ini untuk mencintai. Lantas, bagaimana jika aku kesulitan untuk mencintai suamiku. Perlu dicatat. Aku tidak mungkin pacaran. Melalui sistem perjodohankah? Ya. kemungkinan memang iya. Namun, bisa juga aku menikah dengan orang terdekatku. Yang notabene, aku dan dia sudah sama-sama tahu sifat masing-masing, namun tidak berpacaran (Karena berasal dari rekan kuliah, rekan sekolah dulu atau rekan kerja dll mungkin...)

Namun...

Jauh dari itu, aku lantas bertanya dengan hatiku sendiri. Kenapa aku tak punya rasa cinta lagi, kini? Dengan orang terdekatku, aku hanya tertarik sekilas saja. Setelah itu pergi. Dan tentu tidak sampai ke hati.

Apakah aku tahu kekurangannya, sehingga aku tak tertarik lagi dengannya? Sebetulnya tidak juga. sepanjang ini, aku melihat orang dari kekurangannya dulu, baru aku melihat apa kelebihan yang dia punya. Kemungkinan memang karena aku tidak suka cara-cara tertentu dalam hidupnya, yang membuat aku tidak menyukainya.

Karena aku...

Aku mencari orang yang UNIK... unik karena ALLAH...

Dan hingga kini, aku belum menemukannya...

lantas, bagaimana jika aku menikah nanti? Apakah aku menikah tidak berdasar atas cinta? Tentu ini sangat sulit bagiku. Aku takut, aku membencinya nanti. Terlebih aku tak mengenal siapa dia.

Ah, aku yakin. Jika niatku untuk tidak mencintai sampai aku menikah dengan suamiku nanti, berdasar lillah, insya ALLAH, aku bisa mencintainya. Yah, aku pasti bisa mencintainya karena ALLAH...

Karena perasaan cinta setelah pernikahan, itulah cinta yang dihalalkan. Berbeda ketika kita mencintai seseorang sebelum pernikahan, itu cinta semu. Cinta yang belum dihalalkan. Dan akan menjadi haram, ketika nafsu itu sulit ditahan. Nafsu ingin menjalin hubungan tanpa status pernikahan. Apalagi, sampai ke zina. Na'udzu billah min dzalik…

Bagaimana dengan kamu?

Wehehe…